^_^

Kamis, 20 November 2008

Krisis Moneter

Krisis ekonomi saat ini telah membuat para pemimpin dunia disibukkan oleh upaya mencari jalan keluar untuk menghentikan ’pendarahan’ akibat kecelakaan fatal ekonomi keuangan mereka. Paket penyelamatan krisis pun telah disiapkan dengan total dana yang tidak tanggung-tanggung: 3.4 triliun dolar AS (AS: 700 miliar dolar; Inggris: 691 miliar dolar; Jerman: 680 miliar dolar; Irlandia: 544 miliar dolar; Prancis: 492 miliar dolar; Rusia: 200 miliar dolar dan negara-negara Asia: 80 miliar dolar! (Kompas 26/10).

Kenyataannya, sampai saat ini kondisi ekonomi masih terus memburuk. Indeks harga saham di bursa dunia terus terpuruk. Nilai mata uang di pasar uang terus bergejolak. Saluran dana untuk kredit ke sektor industri, infrastruktur dan perdagangan mulai macet. Proses produksi mandek. Dua puluh juta pekerja di seluruh dunia terancam di-PHK.

Penyebab Utama Krisis
Sebab utama krisis ekonomi bisa dilacak dari begitu berkuasanya sektor moneter/keuangan (sistem uang kertas [fiat money], perbankan ribawi, pasar modal, bursa saham, valas [pasar uang], dll) atas sektor riil (perdagangan dan jasa yang bersifat nyata). Sebelum krisis moneter di Asia tahun 1997/1998, misalnya, dalam satu hari, dana yang beredar dalam transaksi semu di pasar modal dan pasar uang dunia diperkirakan rata-rata sekitar 2-3 triliun dolar AS, atau dalam satu tahun sekitar 700 triliun dolar AS. Sebaliknya, arus perdagangan barang secara internasional dalam satu tahunnya hanya berkisar 7 triliun dolar AS. Jadi, arus uang 100 kali lebih cepat dibandingkan dengan arus barang (Republika, 18/8/2000).

Besaran transaksi yang terjadi di pasar uang dunia berjumlah 1,5 triliun dolar AS dalam sehari. Sebaliknya, besaran transaksi pada perdagangan dunia di sektor riil hanya 6 triliun dolar AS setiap tahunnya. Jadi, perbandingannya adalah 500:6. Dengan kata lain, transaksi di sektor riil hanya sekitar 1%-an dari sektor keuangan (Agustianto, 2007).

Sementara itu, menurut Kompas September 2007, uang yang beredar dalam transaksi valas (valuta asing) mencapai 1,3 triliun dalam setahun.

Data ini menunjukkan bahwa perkembangan cepat sektor keuangan semakin melejit meninggalkan sektor riil.

Ekonomi Kapitalisme: Biang Krisis

Krisis ekonomi dunia saat ini bukanlah yang pertama maupun yang terakhir. Boleh dikatakan, sejarah ekonomi Kapitalisme adalah sejarah krisis. Roy Davies dan Glyn Davies (1996), dalam buku The History of Money From Ancient time to Present Day, menguraikan sejarah kronologi krisis ekonomi dunia secara menyeluruh. Menurut keduanya, sepanjang Abad 20 telah terjadi lebih 20 kali krisis besar yang melanda banyak negara. Ini berarti, rata-rata setiap 5 tahun terjadi krisis keuangan hebat yang mengakibatkan penderitaan bagi ratusan juta umat manusia.

Krisis ekonomi sudah terjadi sejak tahun 1907; disusul dengan krisis ekonomi tahun 1923, 1930, 1940, 1970, 1980, 1990, dan 1998 – 2001 bahkan sampai saat ini. Di Asia Tenggara sendiri—khususnya Thailand, Malaysia dan Indonesia—krisis pernah terjadi pada tahun 1997-2002 hingga saat ini.


Sistem Ekonomi Islam: Berbasiskan Sektor Riil

Dalam ekonomi Islam, sektor finansial mengikuti—atau terikat dengan—sektor riil. Dalam pandangan Islam, uang bukan komoditas (barang dagangan), melainkan alat pembayaran. Islam menolak keras segala jenis transaksi semu seperti yang terjadi di pasar uang atau pasar modal saat ini. Sebaliknya, Islam mendorong perdagangan internasional. Muhammad saw., sebelum menjadi rasul, telah menjadi pedagang internasional sejak usia remaja. Ketika berusia belasan tahun, beliau telah berdagang ke Syam (Suriah), Yaman dan beberapa negara di kawasan Teluk sekarang. Lalu saat beliau menjadi rasul sekaligus menjadi kepala negara Daulah Islamiyah di Madinah, sejak awal kekuasaannya, umat Islam telah menjalin kontak bisnis dengan Cina, India, Persia, dan Romawi. Bahkan hanya dua abad kemudian (abad kedelapan), para pedagang Islam telah mencapai Eropa Utara.

Sepanjang keberadaan Daulah Islamiyah pada zaman Nabi Muhammad saw. jarang sekali terjadi krisis ekonomi (Pernah sekali Daulah Islam mengalami defisit, yaitu sebelum Perang Hunain, namun segera dilunasi setelah perang). Pada zaman Kekhilafahan Islam, khususnya masa Khulafaur Rasyidin juga begitu. Pada zaman Khalifah Umar bin al-Khaththab dan khalifah Utsman bin Affan APBN malah sering mengalami surplus.

Apa rahasianya? Ini karena kebijakan moneter Daulah Islamiyah masa Rasulullah saw. dan Kekhilafahan Islam pada masa para khalifah selalu terkait dengan sektor riil, terutama perdagangan.

Sistem Ekonomi Islam: Menjamin Kesejahteraan Umat Manusia

Dalam sistem ekonomi Islam, kesejahteraan diukur berdasarkan prinsip terpenuhinya kebutuhan setiap individu masyarakat, bukan atas dasar penawaran dan permintaan, pertumbuhan ekonomi, cadangan devisa, nilai mata uang ataupun indeks harga-harga di pasar non-riil.

Oleh karena itu, sistem ekonomi Islam dilakukan dengan melaksanakan beberapa prinsip dasar di dalam mencapai tujuan terpenuhinya kebutuhan setiap individu masyarakat.

1. Pengaturan atas kepemilikan.

Kepemilikan dalam ekonomi Islam dibagi tiga. Pertama: kepemilikan umum. Kepemilikan umum meliputi semua sumber, baik yang keras, cair maupun gas, seperti minyak, besi, tembaga, emas dan gas; termasuk semua yang tersimpan di perut bumi, dan semua bentuk energi, juga industri berat yang menjadikan energi sebagai komponen utamanya. Dalam hal ini, negara hanya mengekplorasi dan mendistribusikannya kepada rakyat, baik dalam bentuk barang maupun jasa.

Kedua: kepemilikan negara. Kepemilikan negara meliputi semua kekayaan yang diambil negara seperti pajak dengan segala bentuknya serta perdagangan, industri dan pertanian yang diupayakan oleh negara, di luar kepemilikan umum. Semuanya ini dibiayai oleh negara sesuai dengan kepentingan negara.

Ketiga: kepemilikan individu. Kepemilikan ini bisa dikelola oleh individu sesuai dengan hukum syariah.

2. Penetapan sistem mata uang emas dan perak.

Emas dan perak adalah mata uang dalam sistem Islam. Mengeluarkan kertas substitusi harus ditopang dengan emas dan perak, dengan nilai yang sama dan dapat ditukar, saat ada permintaan. Dengan begitu, uang kertas negara manapun tidak akan bisa didominasi oleh uang negara lain. Sebaliknya, uang tersebut mempunyai nilai intrinsik yang tetap, dan tidak berubah.

Ditinggalkannya mata uang emas dan perak dan menggantikannya dengan mata uang kertas telah melemahkan perekonomian negara. Dominasi mata uang dolar yang tidak ditopang secara langsung oleh emas mengakibatkan struktur ekonomi menjadi sangat rentan terhadap gejolak mata uang dolar. Goncangan sekecil apapun yang terjadi di Amerika akan dengan cepat merambat ke seluruh dunia. Bukan hanya itu, gejolak politik pun akan berdampak pada naik-turunnya nilai mata uang akibat uang dijadikan komoditas (barang dagangan) di pasar uang yang penuh spekulasi (untung-untungan).

3. Penghapusan sistem perbankan ribawi.

Sistem ekonomi Islam melarang riba, baik nasiah maupun fadhal; juga menetapkan pinjaman untuk membantu orang-orang yang membutuhkan tanpa tambahan (bunga) dari uang pokoknya. Di Baitul Mal (kas negara Daulah Islamiyah), masyarakat bisa memperoleh pinjaman bagi mereka yang membutuhkan, termasuk para petani, tanpa ada unsur riba sedikitpun di dalamnya.

4. Pengharaman sistem perdagangan di pasar non-riil.

Yang termasuk ke dalam pasar non-riil (virtual market) saat ini adalah pasar sekuritas (surat-surat berharga); pasar berjangka (komoditas emas, CPO, tambang dan energi, dll) dan pasar uang. Sistem ekonomi Islam melarang penjualan komoditi sebelum barang menjadi milik dan dikuasai oleh penjualnya, haram hukumnya menjual barang yang tidak menjadi milik seseorang. Haram memindahtangankan kertas berharga, obligasi dan saham yang dihasilkan dari akad-akad yang batil. Islam juga mengharamkan semua sarana penipuan dan manipulasi yang dibolehkan oleh Kapitalisme, dengan klaim kebebasan kepemilikan.

Inilah sistem ekonomi Islam yang benar-benar akan menjamin kesejahteraan masyarakat dan bebas dari guncangan krisis ekonomi.

Sistem ini terbukti telah mampu menciptakan kesejahteraan umat manusia—Muslim dan non-Muslim—tanpa harus selalu berhadapan dengan krisis ekonomi yang secara berkala menimpa, sebagaimana dialami sistem ekonomi Kapitalisme.

Pada masa Khalifah Umar bin al-Khaththab (13-23 H/634-644 M), misalnya, hanya dalam 10 tahun masa pemerintahannya, kesejahteraan merata ke segenap penjuru negeri. Pada masanya, di Yaman, misalnya, Muadz bin Jabal sampai kesulitan menemukan seorang miskin pun yang layak diberi zakat (Abu Ubaid menuturkan, Al-Amwâl, hlm. 596). Pada masanya, Khalifah Umar bin al-Khaththab mampu menggaji guru di Madinah masing-masing 15 dinar (1 dinar=4,25 gr emas). (Ash-Shinnawi, 2006).

Lalu pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-102 H/818-820 M), meskipun masa Kekhilafahannya cukup singkat (hanya 3 tahun), umat Islam terus mengenangnya sebagai khalifah yang berhasil menyejahterakan rakyat. Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu, berkata, “Ketika hendak membagikan zakat, saya tidak menjumpai seorang miskin pun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan setiap individu rakyat pada waktu itu berkecukupan.” (Ibnu Abdil Hakam, Sîrah ‘Umar bin Abdul ‘Azîz, hlm. 59).

Pada masanya, kemakmuran tidak hanya ada di Afrika, tetapi juga merata di seluruh penjuru wilayah Khilafah Islam, seperti Irak dan Bashrah. Begitu makmurnya rakyat, Gubernur Bashrah saat itu pernah mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabur dan sombong.” (Abu Ubaid, Al-Amwâl, hlm. 256).

Begitulah sejarah emas kaum Muslim pada masa lalu. Dengan melaksanakan semua syariah Allah dalam seluruh aspek kehidupan—termasuk dalam ekonomi—sebagai wujud ketakwaan kepada-Nya, Allah telah menurunkan keberkahan-Nya dari langit dan bumi kepada kaum Muslim saat itu. Mahabenar Allah Yang berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ وَلَـكِن كَذَّبُواْ فَأَخَذْنَاهُم بِمَا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Namun, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Karena itulah, Kami menyiksa mereka akibat perbuatan mereka itu (QS al A’raf [7]: 96).

Sabtu, 08 November 2008

kaca spion (oleh Andi F. Noya)

Sejak bekerja saya tidak pernah lagi berkunjung ke Perpustakaan Soemantri
Brodjonegoro di Jalan Rasuna Said, Jakarta . Tapi, suatu hari ada
kerinduan dan dorongan yang luar biasa untuk ke sana . Bukan untuk baca
buku, melainkan makan gado-gado di luar pagar perpustakaan. Gado-gado
yang dulu selalu membuat saya ngiler. Namun baru dua tiga suap, saya
merasa gado-gado yang masuk ke mulut jauh dari bayangan masa lalu.
Bumbu kacang yang dulu ingin saya jilat sampai piringnya mengkilap,
kini rasanya amburadul. Padahal ini gado-gado yang saya makan dulu.
Kain penutup hitamnya sama. Penjualnya juga masih sama. Tapi mengapa
rasanya jauh berbeda? Malamnya, soal gado-gado itu saya ceritakan
kepada istri. Bukan soal rasanya yang mengecewakan, tetapi ada hal lain yang membuat saya gundah.

Sewaktu kuliah, hampir setiap siang, sebelum ke kampus saya selalu mampir ke
perpustakaan Soemantri Brodjonegoro. Ini tempat favorit saya. Selain
karena harus menyalin bahan-bahan pelajaran dari buku-buku wajib yang
tidak mampu saya beli, berada di antara ratusan buku membuat saya
merasa begitu bahagia. Biasanya satu sampai dua jam saya di sana . Jika
masih ada waktu, saya melahap buku-buku yang saya minati. Bau harum buku,
terutama buku baru, sungguh membuat pikiran terang dan hati riang.
Sebelum meninggalkan perpustakaan, biasanya saya singgah di gerobak
gado-gado di sudut jalan, di luar pagar. Kain penutupnya khas, warna
hitam. Menurut saya, waktu itu, inilah gado-gado paling enak seantero
Jakarta . Harganya Rp 500 sepiring sudah termasuk lontong. Makan
sepiring tidak akan pernah puas. Kalau ada uang lebih, saya pasti nambah
satu piring lagi. Tahun berganti tahun. Drop out dari kuliah, saya bekerja
di Majalah TEMPO sebagai reporter buku Apa dan Siapa Orang Indonesia .
Kemudian pindah menjadi reporter di Harian Bisnis Indonesia . Setelah
itu menjadi redaktur di Majalah MATRA. Karir saya terus meningkat
hingga menjadi pemimpin redaksi di Harian Media Indonesia dan Metro TV.

Sampai suatu hari, kerinduan itu datang. Saya rindu makan gado-gado di sudut
jalan itu. Tetapi ketika rasa gado-gado berubah drastis, saya menjadi
gundah. Kegundahan yang aneh. Kepada istri saya utarakan kegundahan
tersebut. Saya risau saya sudah berubah dan tidak lagi menjadi diri
saya sendiri. Padahal sejak kecil saya berjanji jika suatu hari kelak
saya punya penghasilan yang cukup, punya mobil sendiri, dan punya rumah
sendiri, saya tidak ingin berubah. Saya tidak ingin menjadi sombong
karenanya.

Hal itu berkaitan dengan pengalaman masa kecil saya
di Surabaya. .. Sejak kecil saya benci orang kaya. Ada kejadian yang
sangat membekas dan menjadi trauma masa kecil saya. Waktu itu umur saya
sembilan tahun. Saya bersama seorang teman berboncengan sepeda hendak
bermain bola. Sepeda milik teman yang saya kemudikan menyerempet sebuah
mobil. Kaca spion mobil itu patah.

Begitu takutnya, bak kesetanan saya berlari pulang. Jarak 10 kilometer saya
tempuh tanpa berhenti. Hampir pingsan rasanya. Sesampai di rumahsaya
langsung bersembunyi di bawah kolong tempat tidur. Upaya yang
sebenarnya sia-sia. Sebab waktu itu kami hanya tinggal di sebuah garasi
mobil, di Jalan Prapanca. Garasi mobil itu oleh pemiliknya disulap
menjadi kamar untuk disewakan kepada kami. Dengan ukuran kamar yang
cuma enam kali empat meter, tidak akan sulit menemukan saya. Apalagi
tempat tidur di mana saya bersembunyi adalah satu-satunya tempat tidur
di ruangan itu. Tak lama kemudian, saya mendengar keributan di
luar.Rupanya sang pemilik mobil datang. Dengan suara keras dia
marah-marah dan mengancam ibu saya. Intinya dia meminta ganti rugi atas
kerusakan mobilnya.

Pria itu, yang cuma saya kenali dari suaranya yang keras dan tidak bersahabat, akhirnya pergi setelah ibu berjanji akan mengganti kaca spion mobilnya. Saya ingat harga kaca
spion itu Rp 2.000. Tapi uang senilai itu, pada tahun 1970, sangat
besar. Terutama bagi ibu yang mengandalkan penghasilan dari menjahit
baju. Sebagai gambaran, ongkos menjahit baju waktu itu Rp 1.000 per
potong. Satu baju memakan waktu dua minggu. Dalam sebulan, order
jahitan tidak menentu. Kadang sebulan ada tiga, tapi lebih sering cuma
satu. Dengan penghasilan dari menjahit itulah kami - ibu, dua kakak,
dan saya - harus bisa bertahan hidup sebulan.

Setiap bulan ibu harus mengangsur ganti rugi kaca spion tersebut. Setiap akhir
bulan sang pemilik mobil, atau utusannya, datang untuk mengambil uang.
Begitu berbulan-bulan. Saya lupa berapa lama ibu harus menyisihkan uang
untuk itu. Tetapi rasanya tidak ada habis-habisnya. Setiap akhir bulan,
saat orang itu datang untuk mengambil uang, saya selalu ketakutan. Di
mata saya dia begitu jahat. Bukankah dia kaya? Apalah artinya kaca
spion mobil baginya? Tidakah dia berbelas kasihan melihat
kondisi ibu dan kami yang hanya menumpang di sebuah garasi? Saya tidak habis
mengerti betapa teganya dia. Apalagi jika melihat wajah ibu juga
gelisah menjelang saat-saat pembayaran tiba. Saya benci pemilik mobil
itu. Saya benci orang-orang yang naik mobil mahal. Saya benci orang
kaya.

Untuk menyalurkan kebencian itu, sering saya mengempeskan
ban mobil-mobil mewah. Bahkan anak-anak orang kaya menjadi sasaran
saya... Jika musim layangan, saya main ke kompleks perumahan
orang-orang kaya. Saya menawarkan jasa menjadi tukang gulung benang
gelasan ketika mereka adu layangan. Pada saat mereka sedang asyik,
diam-diam benangnya saya putus dan gulungan benang gelasannya saya bawa
lari. Begitu berkali-kali. Setiap berhasil melakukannya, saya puas. Ada
dendam yang terbalaskan.

Sampai remaja perasaan itu masih ada.
Saya muak melihat orang-orang kaya di dalam mobil mewah. Saya merasa
semua orang yang naik mobil mahal jahat. Mereka orang-orang yang tidak
punya belas kasihan. Mereka tidak punya hati nurani.

Nah, ketika sudah bekerja dan rindu pada gado-gado yang dulu semasa kuliah
begitu lezat, saya dihadapkan pada kenyataan rasa gado-gado itu tidak
enak di lidah. Saya gundah. Jangan-jangan sayalah yang sudah berubah.
Hal yang sangat saya takuti. Kegundahan itu saya utarakan kepada istri.
Dia hanya tertawa. ''Andy Noya, kamu tidak usah merasa bersalah. Kalau
gado-gado langgananmu dulu tidak lagi nikmat, itu karena sekarang kamu
sudah pernah merasakan berbagai jenis makanan.. Dulu
mungkin kamu hanya bisa makan gado-gado di pinggir jalan. Sekarang, apalagi sebagai
wartawan, kamu punya kesempatan mencoba makanan yang enak-enak.
Citarasamu sudah meningkat,'' ujarnya. Ketika dia melihat saya tetap
gundah, istri saya mencoba meyakinkan, "Kamu berhak untuk itu... Sebab
kamu sudah bekerja keras."

Tidak mudah untuk menghilangkan perasaan bersalah itu.
Sama sulitnya dengan meyakinkan diri saya waktu itu bahwa tidak semua
orang kaya itu jahat. Dengan karir yang terus meningkat dan gaji yang
saya terima, ada ketakutan saya akan berubah. Saya takut perasaan saya
tidak lagi sensisitif. Itulah kegundahan hati saya setelah makan
gado-gado yang berubah rasa. Saya takut bukan rasa gado-gado yang
berubah, tetapi sayalah yang berubah. Berubah menjadi sombong.
Ketakutan itu memang sangat kuat. Saya tidak ingin menjadi tidak
sensitif. Saya tidak ingin menjadi seperti pemilik mobil yang kaca
spionnya saya tabrak.

Kesadaran semacam itu selalu saya tanamkan
dalam hati. Walau dalam kehidupan sehari-hari sering menghadapi ujian.
Salah satunya ketika mobil saya ditabrak sepeda motor dari belakang.
Penumpang dan orang yang dibonceng terjerembab. Pada siang terik,
ketika jalanan macet, ditabrak dari belakang, sungguh ujian yang berat
untuk tidak marah. Rasanya ingin melompat dan mendamprat pemilik motor yang
menabrak saya. Namun, saya terkejut ketika menyadari yang dibonceng
adalah seorang ibu tua dengan kebaya lusuh. Pengemudi motor adalah
anaknya. Mereka berdua pucat pasi. Selain karena terjatuh, tentu karena
melihat mobil saya penyok..

Hanya dalam sekian detik bayangan masa kecil saya melintas. Wajah pucat itu serupa dengan wajah saya ketika menabrak kaca spion. Wajah yang merefleksikan ketakutan akan
akibat yang harus mereka tanggung. Sang ibu, yang lecet-lecet di lutut
dan sikunya, berkali-kali meminta maaf atas keteledoran anaknya. Dengan
mengabaikan lukanya, dia berusaha meluluhkan hati saya. Setidaknya agar
saya tidak menuntut ganti rugi. Sementara sang anak terpaku membisu.
Pucat pasi. Hati yang panas segera luluh. Saya tidak ingin mengulang
apa yang pernah terjadi pada saya. Saya tidak boleh membiarkan benih
kebencian lahir siang itu. Apalah artinya mobil yang penyok berbanding
beban yang harus mereka pikul. Maka saya bersyukur. Bersyukur pernah
berada di posisi mereka. Dengan begitu saya bisa merasakan apa yang
mereka rasakan. Setidaknya siang itu saya tidak ingin lahir sebuah benih kebencian. Kebencian seperti yang pernah saya rasakan dulu. Kebencian yang lahir dari pengalaman hidup yang
pahit.

"permennya lupa dimakan"

Alkisah ada dua orang anak laki-laki, Bob dan Bib, yang sedang melewati lembah permen lolipop. Di tengah lembah itu terdapat jalan setapak yang beraspal. Di jalan itulah Bob dan Bib berjalan kaki bersama.
Uniknya, di kiri-kanan jalan lembah itu terdapat banyak permen lolipop yang berwarni-warni dengan aneka rasa.

Permen-permen yang terlihat seperti berbaris itu seakan menunggu tangan-tangan kecil Bob dan Bib untuk mengambil dan menikmati kelezatan mereka.
Bob sangat kegirangan melihat banyaknya permen lolipop yang bisa
diambil.

Maka ia pun sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut. Ia mempercepat jalannya supaya bisa mengambil permen lolipop lainnya yang terlihat sangat banyak didepannya. Bob mengumpulkan sangat banyak permen lollipop yang ia simpan di dalam tas karungnya. Ia sibuk mengumpulkan permen-permen tersebut, tapi sepertinya permen-permen tersebut tidak pernah habis maka ia memacu langkahnya supaya bisa mengambil semua permen yang dilihatnya.

Tanpa terasa Bob sampai di ujung jalan lembah permen lolipop. Dia
melihat gerbang bertuliskan "Selamat Jalan". Itulah batas akhir lembah permen lolipop. Di ujung jalan, Bob bertemu seorang lelaki penduduk sekitar. Lelaki itu bertanya kepada Bob,
"Bagaimana perjalanan kamu di lembah permen lolipop? Apakah permen-permennya lezat?
Apakah kamu mencoba yang rasa jeruk? Itu rasa yang paling disenangi. Atau kamu lebih menyukai rasa mangga? Itu juga sangat lezat."

Bob terdiam mendengar pertanyaan lelaki tadi. Ia merasa sangat
lelah dan kehilangan tenaga. Ia telah berjalan sangat cepat dan membawa begitu banyak permen lolipop yang terasa berat di dalam tas karungnya.
Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa terkejut dan ia pun menjawab pertanyaan lelaki itu, "Permennya saya lupa makan!"

Tak berapa lama kemudian, Bib sampai di ujung jalan lembah permen
lolipop. "Hai, Bob! Kamu berjalan cepat sekali. Saya memanggil-manggil kamu tapi kamu sudah sangat jauh di depan saya."

"Kenapa kamu memanggil saya?" Tanya Bob.
"Saya ingin mengajak kamu duduk dan makan permen anggur bersama.
Rasanya lezat sekali. Juga saya menikmati pemandangan lembah, Indah sekali!"

Bib bercerita panjang lebar kepada Bob. "Lalu tadi ada seorang kakek tua yang sangat kelelahan. Saya temani dia berjalan. Saya beri dia beberapa permen yang ada di tas saya. Kami makan bersama dan dia banyak menceritakan hal-hal yang lucu. Kami tertawa bersama."
Bib menambahkan.

mendengar cerita Bib, Bob menyadari betapa banyak hal yang telah ia
lewatkan dari lembah permen lolipop yg sangat indah. Ia terlalu sibuk mengumpulkan permen-permen itu. Tapi pun ia sampai lupa memakannya dan tidak punya waktu untuk menikmati kelezatannya karena ia begitu sibuk memasukkan semua permen itu ke dalam tas karungnya.

Di akhir perjalanannya di lembah permen lolipop, Bob menyadari
suatu hal dan ia bergumam kepada dirinya sendiri, "Perjalanan ini bukan tentang berapa banyak permen yang telah saya kumpulkan. Tapi tentang bagaimana saya menikmatinya dengan berbagi dan berbahagia."
Ia pun berkata dalam hati, "Waktu tidak bisa diputar kembali." Perjalanan di lembah lolipop sudah berlalu dan Bob pun harus melanjutkan kembali perjalanannya".

Dalam kehidupan kita, banyak hal yang ternyata kita lewati begitu saja.
Kita lupa untuk berhenti sejenak dan menikmati kebahagiaan hidup. Kita menjadi Bob di lembah permen lolipop yang sibuk mengumpulkan permen tapi lupa untuk menikmatinya dan menjadi bahagia.

Pernahkan Anda bertanya kapan waktunya untuk merasakan bahagia?
Jika saya tanyakan pertanyaan tersebut kepada para klien saya, biasanya
mereka menjawab, "Saya akan bahagia nanti... nanti pada waktu saya sudah menikah...nanti pada waktu saya memiliki rumah sendiri... nanti pada saat suami saya lebih mencintai saya... nanti pada saat saya telah meraih semua impian saya... nanti pada saat penghasilan sudah sangat besar... "

pemikiran "nanti" itu membuat kita bekerja sangat keras di saat
sekarang.
Semuanya itu supaya kita bisa mencapai apa yang kita konsepkan tentang
masa "nanti" bahagia.

Terkadang jika saya renungkan hal tersebut, ternyata kita telah
mengorbankan begitu banyak hal dalam hidup ini untuk masa "nanti" bahagia.

ritme kehidupan kita menjadi sangat cepat tapi rasanya tidak pernah
sampai di masa "nanti" bahagia itu.

Ritme hidup yang sangat cepat... target-target tinggi yang harus kita
capai, yang anehnya kita sendirilah yang membuat semua target itu... tetap
semuanya itu tidak pernah terasa memuaskan dan membahagiakan.

Uniknya, pada saat kita memelankan ritme kehidupan kita; pada saat kita duduk menikmati keindahan pohon bonsai di beranda depan, pada saat kita
mendengarkan cerita lucu anak-anak kita, pada saat makan malam bersama keluarga, pada saat kita duduk berdiam atau pada saat membagikan beras dalam acara bakti sosial tanggap banjir; terasa hidup menjadi lebih indah.

Jika saja kita mau memelankan ritme hidup kita dengan penuh kesadaran;
memelankan ritme makan kita, memelankan ritme jalan kita dan menyadari
setiap gerak tubuh kita, berhenti sejenak dan memperhatikan tawa Indah
anak-anak bahkan menyadari setiap hembusan nafas maka kita akan menyadari begitu banyak detil kehidupan yang begitu indah dan bisa disyukuri.

Kita akan merasakan ritme yang berbeda dari kehidupan yang ternyata
jauh lebih damai dan tenang.

Dan pada akhirnya akan membawa kita menjadi lebih bahagia dan bersyukur
seperti Bib yang melewati perjalanannya di lembah permen lolipop.

Jumat, 18 Juli 2008

ibuku PEMBOHONG !!

Sukar untuk orang lain percaya,tapi itulah yang terjadi, ibu saya memang seorang pembohong!! Sepanjang ingatan saya sekurang-kurangnya 8 kali ibu membohongi saya. Saya perlu catatkan segala pembohongan itu untuk dijadikan renungan anda sekalian.


Cerita ini bermula ketika saya masih kecil. Saya lahir sebagai seorang anak lelaki dalam sebuah keluarga sederhana. Makan minum serba kekurangan. Kami sering kelaparan. Adakalanya, selama beberapa hari kami terpaksa makan ikan asin satu keluarga. Sebagai anak yang masih kecil, saya sering merengut. Saya menangis, ingin nasi dan lauk yang banyak. Tapi ibu pintar berbohong. Ketika makan, ibu sering membagikan nasinya untuk saya. Sambil memindahkan nasi ke mangkuk saya, ibu berkata : ""Makanlah nak ibu tak lapar."
– PEMBOHONGAN IBU YANG PERTAMA.



Ketika saya mulai besar, ibu yang gigih sering meluangkan watu senggangnya untuk pergi memancing di sungai sebelah rumah. Ibu berharap dari ikan hasil pancingan itu dapat memberikan sedikit makanan untuk membesarkan kami. Pulang dari memancing, ibu memasak ikan segar yg mengundang selera. Sewaktu saya memakan ikan itu, ibu duduk disamping kami dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang bekas sisa ikan yang saya makan tadi. Saya sedih melihat ibu seperti itu. Hati saya tersentuh lalu memberikan ikan yg belum saya makan kepada ibu. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya. Ibu berkata : "Makanlah nak, ibu tak suka makan ikan."
– PEMBOHONGAN IBU YANG KEDUA.



Di awal remaja, saya masuk sekolah menengah. Ibu biasa membuat kue untuk dijual sebagai tambahan uang saku saya dan abang. Suatu saat, pada dinihari lebih kurang pukul 1.30 pagi saya terjaga dari tidur. Saya melihat ibu membuat kue dengan ditemani lilin di hadapannya. Beberapa kali saya melihat kepala ibu terangguk krn ngantuk. Saya berkata : "Ibu, tidurlah, esok pagi ibu kan pergi ke kebun pula." Ibu tersenyum dan berkata : "Cepatlah tidur nak, ibu belum ngantuk."
– PEMBOHONGAN IBU YANG KETIGA.



Di akhir masa ujian sekolah saya, ibu tidak pergi berjualan kue seperti biasa supaya dapat menemani saya pergi ke sekolah untuk turut menyemangati. Ketika hari sudah siang, terik panas matahari mulai menyinari, ibu terus sabar menunggu saya di luar. Ibu seringkali saja tersenyum dan mulutnya komat-kamit berdoa kepada Illahi agar saya lulus ujian dengan cemerlang. Ketika lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, ibu dengan segera menyambut saya dan menuangkan kopi yang sudah disiapkan dalam botol yang dibawanya. Kopi yang kental itu tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang jauh lebih kental. Melihat tubuh ibu yang dibasahi peluh, saya segera memberikan cawan saya itu kepada ibu dan menyuruhnya minum. Tapi ibu cepat-cepat menolaknya dan berkata : "Minumlah nak, ibu tak haus!!"
– PEMBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT.



Setelah ayah meninggal krn sakit, selepas saya baru beberapa bulan dilahirkan, ibulah yang mengambil tugas sebagai ayah kepada kami sekeluarga. Ibu bekerja memetik cengkeh di kebun, membuat sapu lidi dan menjual kue2 agar kami tidak kelaparan. Tapi apalah daya seorang ibu. Kehidupan keluarga kami semakin susah dan susah. Melihat keadaan keluarga yang semakin parah, seorang tetangga yang baik hati dan tinggal bersebelahan dengan kami, datang untuk membantu ibu. Anehnya, ibu menolak bantuan itu. Para tetangga sering kali menasihati ibu supaya menikah lagi agar ada seorang lelaki yang menjaga dan mencarikan nafkah untuk kami sekeluarga. Tetapi ibu yang keras hatinya tidak mengindahkan nasihat mereka. Ibu berkata : "Saya tidak perlu cinta dan saya tidak perlu laki-laki."
– PEMBOHONGAN IBU YANG KELIMA.




Setelah kakak2 tamat sekolah dan mulai bekerja, ibu pun sudah tua. Kakak2 menyuruh ibu supaya istirahat saja di rumah. Tidak lagi bersusah payah untuk mencari duit. Tetapi ibu tidak mau. Ibu rela pergi ke pasar setiap pagi menjual sedikit sayur untuk memenuhi keperluan hidupnya. Kakak dan abang yang bekerja jauh di kota besar sering mengirimkan uang untuk membantu memenuhi keperluan ibu, pun begitu ibu tetap berkeras tidak mau menerima uang tersebut. Malah ibu mengirim balik uang itu, dan ibu berkata : "Jangan susah-susah, ibu ada duit."
– PEMBOHONGAN IBU YANG KEENAM.



Setelah lulus kuliah, saya melanjutkan lagi untuk mengejar gelar sarjana di luar Negeri. Kebutuhan saya di sana dibiayai sepenuhnya oleh sebuah perusahaan besar. Gelar sarjana itu saya sudahi dengan cemerlang, kemudian saya pun bekerja dengan perusahaan yang telah membiayai sekolah saya di luar negeri. Dengan gaji yang agak lumayan, saya berniat membawa ibu untuk menikmati penghujung hidupnya bersama saya di luar negara. Menurut hemat saya, ibu sudah puas bersusah payah untuk kami. Hampir seluruh hidupnya habis dengan penderitaan, pantaslah kalau hari-hari tuanya ibu habiskan dengan keceriaan dan keindahan pula. Tetapi ibu yang baik hati, menolak ajakan saya. Ibu tidak mau menyusahkan anaknya ini dengan berkata ; "Tak usahlah nak, ibu tak bisa tinggal di negara orang."
– PEMBOHONGAN IBU YANG KETUJUH.




Beberapa tahun berlalu, ibu semakin tua. Suatu malam saya menerima berita ibu diserang penyakit kanker di leher, yang akarnya telah menjalar kemana-mana. Ibu mesti dioperasi secepat mungkin. Saya yang ketika itu berada jauh diseberang samudera segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Saya melihat ibu terbaring lemah di rumah sakit, setelah menjalani pembedahan. Ibu yang kelihatan sangat tua, menatap wajah saya dengan penuh kerinduan. Ibu menghadiahkan saya sebuah senyuman biarpun agak kaku krn terpaksa menahan sakit yang menjalari setiap inci tubuhnya. Saya dapat melihat dengan jelas betapa kejamnya penyakit itu telah menggerogoti tubuh ibu, sehingga ibu menjadi terlalu lemah dan kurus. Saya menatap wajah ibu sambil berlinangan air mata. Saya cium tangan ibu kemudian saya kecup pula pipi dan dahinya. Di saat itu hati saya terlalu pedih, sakit sekali melihat ibu dalam keadaan seperti ini. Tetapi ibu tetap tersenyum dan berkata : "Jangan menangis nak, ibu tak sakit."
– PEMBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.






Setelah mengucapkan pembohongan yang kedelapan itu, ibunda tercinta menutup matanya untuk terakhir kali.



Anda beruntung krn masih mempunyai ibu dan ayah. Anda boleh memeluk dan menciumnya. Kalau ibu anda jauh dari mata, anda boleh menelponnya sekarang, dan berkata, 'Ibu,saya sayang ibu.' Tapi tidak saya, hingga kini saya diburu rasa bersalah yang amat sangat krn biarpun saya mengasihi ibu lebih dari segala-galanya, tapi tidak pernah sekalipun saya membisikkan kata-kata itu ke telinga ibu, sampailah saat ibu menghembuskan nafasnya yang terakhir.



Ibu, maafkan saya. Saya sayang ibu....…

SURAT DARI PRESIDEN INDIA

Apakah ANDA punya 10 menit untuk negara ANDA?

kalau ya. Baca. Pilihan ada di tangan ANDA.

Kenapa KITA di India begitu malu untuk mengenali kekuatan KITA, prestasi KITA? KITA adalah bangsa yang besar. KITA begitu banyak memiliki cerita keberhasilan yang mengagumkan, tapi KITA menolak untuk mengakuinya. Kenapa?

KITA yang pertama memproduksi susu. KITA nomor satu dibidang satelit deteksi jarak jauh. KITA nomor dua penghasil gandum. KITA nomor dua penghasil beras.

Lihat Dr. Sudarshan, dia telah berhasil merubah perkampungan suku primitif menjadi sebuah komunitas yang berkembang dengan mandiri. Masih banyak lagi prestasi lain tetapi media kita hanya terobsesi dengan berita buruk, kegagalan dan bencana. Suatu waktu saya sedang berada di Tel Aviv dan saya sedang membaca sebuah koran Israel. Waktu itu adalah sehari setelah banyak serangan, pemboman dan korban yang tewas akibat huru hara tersebut. Hamas baru saja melancarkan aksinya. Tetapi halaman depan koran tersebut seorang pria Yahudi yang dalam waktu lima tahun telah berhasil merubah daerah gurun pasir tempat tinggalnya menjadi kebun anggrek serta lumbung penyimpan hasil panen. Jenis berita yang seperti ini yang menggugah perhatian setiap orang. Keterangan berita yang menyeramkan tentang pembunuhan, bom, kematian, malah diletakkan didalam koran. Terkubur bersama berita-berita lainnya.

Di INDIA kita hanya membaca tentang kematian, sakit, terorisme, kejahatan. Kenapa KITA begitu negatif? Pertanyaan yang lain: Kenapa, KITA sebagai bangsa, begitu terobsesi dengan barang asing atau luar negeri? KITA menginginkan TV buatan luar negeri, kaos buatan luar negeri. KITA menginginkan segala teknologi buatan luar negeri atau asing.

Kenapa terobsesi dengan segala yang berbau impor? Apakah kita tidak menyadari bahwa kehormatan atau harga diri datang dari kemandirian? Saya pernah berada di Hyderabad dalam rangka memberi kuliah, ketika seorang gadis berusia 14 tahun meminta tanda tangan saya. Lalu saya bertanya kepada gadis tersebut apa tujuan hidupnya? Dia menjawab: saya ingin tinggal di India yang sudah maju. Untuk dia, KITA harus membangun INDIA agar maju. ANDA harus bisa menyatakan bahwa India bukan bangsa yang terbelakang: India adalah bangsa yang maju.

Apakah ANDA punya 10 menit? Ijinkanlah saya untuk kembali dengan sepenuh hati.

Apakah ANDA punya 10 menit untuk negara ANDA? kalau ya. Baca. Pilihan ada di tangan ANDA.

ANDA bilang pemerintah kita tidak efisien. ANDA bilang hukum KITA kuno. ANDA bilang pemerintah daerah tdiak memungut sampah. ANDA bilang telekomunikasi tidak jalan, kereta api menggelikan, penerbangannya adalah yang terburuk didunia, surat tidak pernah sampai di tujuan. ANDA bilang negara KITA adalah makanan anjing dan tempat yang sangat buruk.

ANDA hanya bisa bilang ini itu, tapi apa yang telah ANDA lakukan tentang itu semua?

Seumpama, seseorang berada di Singapura, sebut saja orang itu adalah ANDA. Mukanya adalah muka ANDA. ANDA keluar dari bandara dan ANDA sedang berada di negeri yang terkenal sangat internasional. Di Sinagpura, ANDA tidak membuang puntung rokok sembarangan atau makan didalam toko. ANDA sama bangganya dengan para pengguna jaringan transportasi bawah tanah yang lainnya. ANDA membayar SGD 5 (sekitar 60 rupee) untuk bisa menyetir melalui Jl. Orchard antara jam 5 sore sampe jam 8 malam. ANDA kembali ke tempat parkir mobil untuk memperbarui karcis parkir ANDA ketika ANDA berada lebih lama di sebuah restoran atau pertokoan, tak peduli siapa ANDA sebenarnya. Di Singapura ANDA tidak berbicara sembarangan. ANDA tidak berani makan di depan umum di Dubai selama bulan Ramadhan. ANDA tidak akan pergi tanpa kerudung di Jeddah. ANDA tidak akan berani menyogok pegawai telepon di London agar membuat tagihan ANDA dibebankan pada pelanggan yang lain. ANDA tidak akan berani mengendarai kendaraan ANDA dengan kecepatan lebih dari 80 km/jam di Washington, apalagi menggertak Polisi yang menilang ANDA dengan alasan bahwa ANDA adalah seorang pejabat penting. ANDA tidak akan berani membuang batok kelapa kosong sembarangan ke pantai di Australia dan Selandia Baru. Kenapa ANDA tidak meludah sembarangan ketika berjalan-jalan di Tokyo? Kenapa ANDA tidak menyewa joki untuk ikut ujian atau membeli ijazah palsu di Boston?

Bukankah KITA masih membicarakan seseorang yang sama, yaitu ANDA? ANDA bisa mematuhi dan menghormati sistem di luar negeri tapi ANDA tidak bisa melakukan hal yang sama di negara ANDA sendiri? ANDA yang bisa dengan mudahnya membuang sampah sembarangan ketika menginjak tanah INDIA. Padahal ANDA bisa menjadi warga negara yang peduli dan tertib di luar negeri, tapi ANDA tidak bisa berlaku begitu di INDIA?

Dalam sebuah wawancara, mantan Walikota Bombay yang cukup terkenal, Tinaikar, menyuarakan pendapatnya mengenai fenomena tersebut. Beliau mengatakan, “Ibaratnya, anjing orang kaya yang buang kotoran dimana-mana, lalu orang pada rebut mengkritik pemerintah setempat karena kota menjadi kotor. Lalu apa yang diharapkan orang-orang seperti itu? Apa harus menyediakan seorang atau beberapa orang petugas kebersihan dengan sapu ditangan yang selalu siap sedia langsung membersihkan kotoran yang keluar dari anjing peliharaan orang kaya tersebut? Di Amerika dan Jepang, setiap pemilik anjing bertanggung jawab penuh atas kebersihan hewan peliharaanya termasuk urusan buang hajatnya. Apa orang INDIA bisa berlaku seperti itu?” Tinaikar benar. KITA di INDIA, ikut Pemilu dan memilih wakil rakyat hanya hanya agar setelah itu KITA bisa cuci tangan melepas semua tanggung jawab KITA.

KITA hanya ingin duduk duduk untuk dimanjakan dan berharap pemerintah yang melakukan semuanya untuk KITA tetapi kontribusi KITA sebenarnya adalah negatif. KITA berharap negara yang bersih tetapi KITA tetap saja membuang sampah sembarangan dan KITA tidak peduli untuk memungut sampah untuk dibuang pada tempatnya. KITA menuntut toilet kereta api yang bersih tetapi KITA sendiri tidak mau belajar untuk menggunakan toilet dengan baik dan benar. KITA menginginkan Indian Airlines dan India Air menyediakan makanan terbaik dan perlengkapan toilet tetapi KITA tidak berhenti menyerobot di setiap kesempatan.

KITA melakukan protes yang keras terhadap masalah kekerasan wanita, mahar, gadis kecil dan lain-lain, tetapi pada prakteknya KITA malah melakukan hal yang sebaliknya. Alasan KITA? Sistem itu terdiri dari apa? Pastinya terdiri dari para tetangga KITA, rumah tangga yang lain, masyarakat dan pemerintah yang lain. Tapi pastinya Saya dan ANDA tidak termasuk di dalamnya.

Ketika ada kesempatan bagi diri KITA pribadi untuk memberikan kontribusi yang positif, KITA mengunci dan menjauhkan keluarga KITA dan menjaga jarak dari negara KITA dan menunggu sampai datangnya seseorang yang bersih untuk bekerja dan melakukan mukjizat dalam membereskan semua masalah atau KITA pergi melarikan diri?

Seperti seorang pengecut yang malas, KITA pergi ke Amerika untuk merasakan kejayaan mereka dan memuji sistem mereka. Ketika New York menjadi tidak aman, KITA lari ke Inggris. Ketika angka pengangguran di Inggris mulai tinggi, KITA terbang ke negara Teluk. Ketika negara Teluk sedang perang, KITA menuntut agar pemerintah INDIA menolong kita untuk pulang ke INDIA. Setiap orang bersikap begitu dalam menganiaya dan memperkosa negaranya sendiri. Tidak ada yang berpikir untuk mengembangkan sistemnya. Kesadaran KITA sudah tergadaikan dengan uang.

Wahai rakyat INDIA, lewat artikel ini saya menghimbau agar KITA benar-benar melakukan instrospeksi diri dan menggugah kesadaran KITA. Saya menyuarakan kembali apa yang pernah dikatakan oleh J.F Kennedy: “Tanyakan apa yang bisa KITA lakukan untuk INDIA. Jangan tanya apa yang bisa INDIA lakukan untuk KITA. Kerjakan apa yang harus dikerjakan agar INDIA bisa seperti Amerika atau mereka yang telah maju”.

Mari KITA Kerjakan apa yang INDIA butuhkan dari KITA.

Tolong sampaikan surat ini ke setiap orang INDONESIA… eh, india

M E R D E K A

Tidak dibantah,sejumlah pihak berusaha menyeret NKRI menjadi republik pecah-belah.Apakah pihak-pihak itu adalah warga asing atau pribumi.kenyataannya NKRI cenderung akan pecah.Kaum tua yang ikut memperjuangkan tegaknya NKRI dengan darah dan air mata pasti menentang keinginan ini.Namun mereka yang tak pernah merasakan sulitnya masa penjajahan maupun pendudukan asing sepertinya acuh tak acuh dengan perlu tegaknya NKRI atau pecahnya republik ini berkeping-keping.

Dimulai dari sumpah palapa mahapatih gajah mada yang ingin menyatukan nusantara dibawah kepemimpinan seorang raja,satu-satunya bentuk kekuasaan yang dikenal saat itu.Tentu saja sumpah palapa dicermati dengan semangat berbeda,jika gajah mada oleh sejumlah negara yang ditaklukkan dianggap sebagai biang penjajah,NKRI yang dikepalai sukarno-hatta dihormati sebagai kepala sebuah negara yang merdeka.meski ada sejumlah penentang,toh NKRI berhasil berdiri tegak,dan hingga kini tetap diupayakan agar tetap tegak berdiri.

Saat ini,gejolak sosial-politik di beberapa daerah di Indonesia mulai mengkhawatirkan.Sejak diberlakukan otonomi daerah,semua daerah merasa berhak mengurus daerah masing-masing dan cenderung melupakan bahwa satu daerah punya rangkaian dengan daerah lain yang membentuk NKRI,hanya kerekatan daerah-daerah yang kuat diharapkan dapat memperkuat posisi NKRI. Namun terjadi arah yang kurang benar dalam mengendalikan daerah,sehingga banyak daerah merasa bahwa daerah adalah milik warga asli daerah tertentu.

Siapakah penduduk asli Indonesia?Soal siapa yang asli dan siapa pendatang bukanlah masalah sederhana.Kajian linguistik,antropologi budaya dan arkeologi menunjukkan bahwa penduduk yang sekarang berdiam di Indonesia tak sepenuhnya berasal dari Indonesia.Migrasi besar-besaran dari china selatan juga dari taiwan ke arah selatan menghasilkan austronesia yang kemudian tersebar di wilayah Indonesia,Malaysia dan Filipina.karena itu,para ahli sepakat untuk merekonstruksi bahasa proto austronesia dengan menggunakan data dari bahasa tagalog,bahasa batak dan bahasa jawa.Mengingat migrasi juga berjalan ke arah barat,maka ada kemiripan dengan bahasa yang ada di madagaskar.Etnis dayak di kalimanan punya kemiripan fisik dan budaya dengan penduduk taiwan,sebagaimana terdapat dalam majalah-majalah,lengkap dengan foto-foto penduduk serta keseniannya.Ada kecenderungan kurang sehat di daerah-daerah,kasus terbaru,adanya niat untuk mengusir inul daratista dari jakarta.Adapun sejak meletusnya bom bali,muncul gerakan ajeg bali yang dirasakan sebagai gerakan anti pendatang,karena sejumlah pelaku bom yang tertangkap adalah orang indonesia di luar bali,sehingga mengesampingkan pelaku-pelaku lain yang masih tersembunyi di balik layar.Batam juga sudah tertular gerakan anti pendatang,sementara wilayah penuh gula itu sudah telanjur diserbu semut dari luar.Belum lagi daerah lain yang merasa memiliki sumber daya alam yang besar,yang selama ini dianggap telah disedot pemerintah pusat.Hendaknya masyarakat seluruh daerah merasakan ini,jangan sampai mereka meniru jejak mantan saudara mereka yang kini hidup di bumi bernama timor leste,yang ingin merdeka dari penjajahan Indonesia,yang nyatanya saat ini malah terjajah.

Andaikata daerah-daerah ingin membentuk republik sendiri,kerajaan sendiri atau kesultanan sendiri, persoalannya juga tidak sederhana.Ambil misal banten mau membuat kerajaan atau kesultanan sendiri,karena beberapa tahun yang lalu daerah ini pernah bermuhibah ke london dan disambut dengan upacara kerajaan (laporan indonesia circle,jurnal terbitan school of oriental and african studies,university of london).Apakah wilayah ini bisa mandiri?atau harus impor banyak hal dari daerah lain?republik jawa timur?wilayah inipun bukan terdiri dari daerah yang homogen,dendam sejarah orang-orang blambangan terhadap majapahit,sebagaimana pajajaran yang pernah merasa ditipu oleh mahapatih gajah mada,demikian pula bali yang pernah ditaklukkan.apakah wilayah-wilayah lain akan jadi republik sesuai batas pulau?bagaimana mengatur mobilitas tinggi rakyat yang kini bernama penduduk Indonesia dari pulau ke pulau?

Kenyataan ini perlu dipikirkan bersama.Persatuan dan kesatuan yang telah tercapai jangan dengan mudah tercabik-cabik karena ambisi sejumlah manusia yang tak punya visi ke depan.Jangan sampai kita “mati muda” sebagai bangsa dan negara.

Kata orang dimasa depan;

Dulu,ada negeri bernama Indonesia.Berumur pendek dan kalah dengan majapahit yang bisa bertahan hingga hampir 300 tahun,atau dengan sriwijaya yang menjadi pusat study agama di asia tenggara?